Dagelan di Atas Panggung
Dagelan di Atas Panggung
Di atas panggung penuh tawa,
Suara menggema, riuh rendah irama,
Dagelan bersandiwara, pura-pura lupa,
Segala kisah diceritakan tanpa rencana.
Wajah penuh bedak dan topeng jenaka,
Lelucon dilempar sekenanya saja,
Penonton tertawa, terlupa sejenak,
Pada dunia yang kadang terasa sempit sesak.
Di balik tirai, ada yang menahan air mata,
Karena hidup tak selalu komedi belaka,
Namun di sini, di depan lampu sorot,
Semua kisah dibuat jadi ringan dan hangat.
Dagelan di atas panggung,
Bukan sekadar hiburan usang,
Tapi cermin kecil hidup yang terbang,
Mengajak tertawa meski hati sering bimbang.
Sawahan, 21 Oktober 2024
Panggung Tawa yang Tak Berhenti
Di bawah sorot lampu gemerlap terang,Para pelawak naik dengan riang,
Dagelan dilempar tanpa hitung-hitung,
Mengalir bebas seperti air di gunung.
Tawa bergema, memenuhi ruang,
Semua penonton merasa tenang,
Setiap lelucon membawa hiburan,
Lupa sejenak beban kehidupan.
Detik-detik berlalu tanpa henti,
Dagelan terus menyulap hari,
Duka yang semula mengikat hati,
Kini tertawa, seolah tak berarti.
Di panggung ini, tawa jadi raja,
Segala keluh seakan tak ada,
Para pemain melontar cerita,
Membuat dunia terasa lebih lega.
Meski lelah di balik senyum lebar,
Para dagelan terus tegar,
Di atas panggung mereka bercanda,
Menghibur diri dan sesama.
Saat tirai ditutup dan lampu padam,
Mereka kembali pada sunyi malam,
Namun tawa yang mereka bawa,
Masih tersisa di hati, hangat terasa.
Sawahan, 21 Oktober 2024
Di Balik Topeng Pelawak
Pelawak di atas panggung tersenyum lebar,Di balik topengnya ada rindu yang kelar,
Tawa yang dilempar seolah ringan,
Namun di dalam hati ada yang tertahan.
Cerita mengalir tanpa jeda,
Setiap lelucon meraih sukma,
Penonton terpingkal-pingkal riang,
Padahal pelawak menyimpan kenang.
Topeng yang dipakai begitu erat,
Menutupi hati yang sebenarnya penat,
Tak ada yang tahu di balik layar,
Pelawak sendiri bergulat dengan sadar.
Tawa penonton menjadi kekuatan,
Membuat pelawak bertahan dalam ingatan,
Meski hatinya kadang gelap gulita,
Dia terus menghibur, tanpa henti melata.
Setiap langkah di atas panggung,
Mereka tertawa, meski hati bimbang,
Sebab dagelan adalah tugas mulia,
Menebar tawa di dunia yang kadang hampa.
Saat topeng dilepas dan tirai jatuh,
Pelawak kembali menatap bayang,
Namun cerita di atas panggung itu,
Tetap abadi, menjadi pelipur lara yang agung.
Sawahan, 21 Oktober 2024
Lawakan di Antara Tangis
Tawa dan tangis berjalan seiring,Di atas panggung semuanya berpiring,
Lelucon terlempar dengan canda,
Namun siapa tahu ada luka di dada.
Penonton tertawa, merasa bahagia,
Namun pelawak menyembunyikan rahasia,
Di balik setiap kata jenaka,
Ada tangis yang tersimpan lama.
Dagelan terus melanjutkan peran,
Meski hati kadang tak bertahan,
Namun tawa tetap jadi pelipur,
Menghanyutkan jiwa yang sempat kabur.
Hidup di panggung ini tak selalu ceria,
Ada kisah pedih yang tak terbaca,
Namun tawa harus terus disuguhkan,
Agar dunia terasa lebih ringan.
Setiap lelucon yang dilontarkan,
Bukan hanya untuk sekedar hiburan,
Namun juga untuk menyembuhkan,
Hati yang terluka dan kerinduan.
Ketika tirai ditutup dan lampu padam,
Tangis pelawak diam-diam menyelam,
Namun tawa yang tertinggal di sana,
Masih menggema, hangat dalam jiwa.
Sawahan, 21 Oktober 2024
Cerita di Antara Lelucon
Lelucon dilempar tanpa henti,Setiap kisah membawa arti,
Namun di balik tawa yang riang,
Ada cerita yang kadang terlewatkan.
Panggung hidup ini penuh rahasia,
Tawa menutupi luka yang ada,
Setiap langkah di panggung gemerlap,
Pelawak terus berlari tanpa jeda.
Cerita lama terbungkus rapi,
Dalam tawa yang terasa tak henti,
Penonton tertawa tanpa tahu,
Ada beban yang terpendam jauh.
Dagelan tak hanya soal canda,
Ada kisah duka di dalamnya,
Namun tawa tetap jadi pilihan,
Agar dunia lebih nyaman dijalani.
Di setiap jeda canda dan tawa,
Ada hati yang sesekali terluka,
Namun tawa jadi penyembuh luka,
Membuat hati terasa lebih lega.
Ketika panggung gelap dan sepi,
Cerita masih tertinggal di hati,
Tawa menjadi ingatan yang manis,
Meski kisah sebenarnya penuh tangis.
Sawahan, 21 Oktober 2024
Selimut Tawa di Panggung Gelap
Panggung gelap menyambut cerita,Dagelan muncul dengan penuh canda,
Setiap tawa jadi pelipur lara,
Di atas panggung yang penuh warna.
Tawa menggema, menggulung riang,
Melupakan setiap beban yang datang,
Namun siapa tahu di balik lelucon,
Ada luka yang tak tersentuh tatapan.
Para pelawak terus melontar tawa,
Meski hati mereka kadang terluka,
Panggung jadi tempat menari,
Di atas realita yang terkunci.
Setiap sorot lampu jadi pelindung,
Dari cerita hidup yang kadang bingung,
Namun tawa terus disuguhkan,
Membawa harapan di antara kenyataan.
Di panggung ini, tawa jadi perisai,
Melindungi hati yang nyaris terurai,
Sebab tak ada ruang untuk bersedih,
Hanya ada tawa yang terus berdesir.
Ketika panggung gelap kembali,
Tawa hilang, pelawak sendiri,
Namun selimut tawa yang mereka beri,
Tetap tersisa, menemani malam sunyi.
Sawahan, 21 Oktober 2024